Rabu, 15 Januari 2014

Buruh Paksa, Perintis Dan Pelaku Sejarah Sawahlunto




BURUH PAKSA ,PERINTIS DAN PELAKU SEJARAH

Pembangunan Jalur Kereta Api
Dari hasil  Laporan ekspedisi dan ekplorasi geologi Belanda seperti  Ir. C. De Groot tahun 1858 dan oleh Ir. Willem Hendrik De Greve tahun 1868(Mijn Ingenieur) dan ditindak lanjuti oleh Ir. Verbeck, ditemukan diperut bumi Sawahlunto kandungan batubara dengan tafsiran mencapai ratusan juta ton batubara, yang berkualitas sangat bagus.
Dari laporan ekspedisi dan ekplorasi geologi Pemerintah Kolonial Belanda melakukan Survei dan penelitian perencanaan infrastruktur transportasi pembangunan jalur kereta api dari Sawahlunto ke pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur – Padang). Hasil penelitian untuk transportasi tersebut di laporkan pada tahun 1875 dan dipublikasikan pada tahun 1876.Akhirnya rancangan undang-  undang tentang pembangunan jalur kereta api dari pelabuhan Emmahaven ( Teluk Bayur) ke Sawahlunto diajukan pada bulan Juni 1887 dan disyahkan sebagai undang – undang pada tanggal 6 juli 1887.
Untuk pelaksanaan infrastruktur sarana dan prasarana pembangunan jalur kereta api tersebut Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menunjuk / memerintahkan Ir. Jan Willem Ijzerman (pernah menjabat pimpinan tambang ke II 1892 s/d 1896) untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.dimulai bulan September 1887. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mendatangkan Kaum Buruh paksa (Pekerja rodi) dengan memberi tanda Tatto ditangan sebagai nomor tanda pengenal diri (Penneng) untuk seumur hidup Pekerja Paksa (Pekerja Rodi) diangkut dengan kapal laut dari pulau Jawa ke Sumatera Barat (Emmahaven Harbour). Diatas kapal laut kaum buruh paksa berikrar mengucapkan Dulur Tunggal Sekapal (saudara satu kapal) persaudaraan, sependeritaan, senasib, sepenanggungan (Satu Rasa Seduluran Untuk Semua).
Melihat secara geografis dan topografis dari pelabuhan Emmahaven ke Sawahlunto adalah medan yang sangat sulit karena gugusan pegunungan bukit barisan, maka banyak pekerjaan persiapan yang sangat berat antara lain pemotongan dan penembusan dengan cara peledakan (Road Blasting) dan pembuatan jembatan, pembetonan dan penembusan bukit-bukit. Pembuatan terowongan kereta api (± 500 meter dari museum kereta api Sawahlunto) dan terowongan jalur kereta api di Kupitan. Akhirnya, pekerjaan jalur kereta api dari pelabuhan Emmahaven – Sawahlunto sepanjang ± 185 Km dapat diselesaikan dengan memakan waktu ± 7 Tahun. Pembangunan jalur kereta api selesai pada 01 Januari 1894. Dengan terlaksananya pembangunan jalur kereta api tersebut, pengangkutan batubara dari Sawahlunto ke Pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur – Padang) sudah bisa diangkut dengan transportasi kereta api. Pemerintah Kolonial Belanda juga membangun stasiun – stasiun kereta api untuk mengangkut hasil bumi dan transprtasi umum. Dengan adanya transportasi kereta api tersebut, merubah wajah Sawahlunto dari hutan belantara yang terisolir, kawasan pertambangan menjadi sebuah Kota Kolonial bahkan pada saat itu perkembangan Kota Sawahlunto jauh lebih pesat dari kota – kota lainnya di Sumatera Barat.
Kemunculan infastruktur tersebut tidak sebanding dengan banyaknya korban jiwa yang meninggal maupun penderitaan dan kesengsaraan pekerja paksa (kerja rodi) dalam menyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana transportasi jalur kereta api tersebut salah satunya adalah pembuatan menembus terowongan kereta api (500 meter dari museum kereta api Kota Sawahlunto). Lobang yang memiliki panjang 835 meter dan terowongan kereta api di Kupitan. Itu dikerjakan oleh pekerja paksa yang diperlakukan secara tidak manusiawi yang dilakukan oleh Kolonial Hindia Belanda. Pembangunan jalur kereta api sampai juga ke Logas, Kabupaten Sijunjung.
Kalau kita telusuri atau napak tilas pembangunan jalur kereta api dilihat secara geografis dan topografis sungguh sangatlah tragis, gugusan pegunungan bukit barisan sangat banyak menyulitkan pembangunan sarana transportasi jalur kereta api tersebut, dengan rintangan, tantangan kekerasan alam tebing lembah yang terjal dan curam memotong dan menembus bukit cadas dan bukit batu yang sangat keras, membuat jembatan, terowongan dan pekerjaan pembetonan yang dikerjakan oleh buruh paksa (pekerja rodi) untuk menyelesaikan pembangunan jalur kereta api tersebut. Makan seadanya seperti ubi keladi, ubi jalar dan ubi ketela dan tanpa upah (gaji). Banyak korban jiwa karena sakit, kelaparan dan kecelakaan kerja, siksaan fisik, sungguh ironis dan tragis?. Telah terjadi pelanggaran Hak – Hak Asasi Manusia Sejagat atau Declaration Universal Of Human Rights (DUHAM) tentang eksploitasi pekerja paksa, penindasan yang dilakukan Kolonial Hindia Belanda. Pemerintah Belanda berhutang budi kepada pekerja paksa (pekerja rodi).
Pembangunan jalur kereta api tersebut adalah suatu bukti sejarah warisan hasil buah karya pekerja paksa (pekerja rodi) sebagai perintis dan pelaku terlaksananya pembangunan jalur kereta api dari Pelabuhan Emmahaven Teluk Bayur Padang ke Sawahlunto. Dan jasa – jasanya sangat besar sekali, pahlawan pekerja dengan perjuangan hidup penuh dengan pengorbanan dan penderitaan, kesengsaraan dan kemelaratan seperti Leluhur Kakek Mbah Karno sebagai Pelaku dalam Pembangunan Jalur Kereta Api dan pernah menjadi masinis. Mbah Karno berasal dari Pesisir Pekalongan Jawa Tengah (Mbah Karno kakek dari Kamdi Tega dan Sukadi T).
Kolonial Hindia Belanda memperlakukan pekerja paksa (kerja rodi) tidak berprikemanusiaan, sampai saat ini kepedulian kemanusiaan terhadap anak cucu keturunan pekerja paksa dari kehormatan Pemerintah Belanda sampai saat ini tidak pernah ada. Seperti untuk membantu biaya pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya semua itu untuk masa depan yang lebih baik, sudah menjadi kewajiban Pemerintah Belanda untuk membayar hutang – hutangnya (hutang kehormatan Pemerintah Belanda) diwariskan  ke anak cucu keturunannya (Komunitas Dulur Tunggal Sekapal Sawahlunto). Pemerintah Belanda harus memperlihatkan kepeduliannya (Commitment) untuk membalas budi baiknya (Etische Politiek, by Connad Van Deventer).

oleh: SUKADI T
Komunitas Dulur Tunggal Sekapal Sawahlunto

1 komentar:

  1. Mas, Anggota komunitasnya ada berapa orang? Boleh gabung ndak? Aku orang Slunto Jugak...Sekarang di Padang

    BalasHapus