Kamis, 02 Januari 2014

Sejarah Mbah Soero

Samin Soerosentiko (Mbah Soero)

Pada abad 19, orang Belanda mendatangkan tahanan/tawanan dari Pulau Jawa, Salah satunya lebih akrab di panggil Mbah Soero dan diangkat menjadi mandor oleh Kolonial Belanda  karena ilmu kebatinan yang dimilikinya dan disegani oleh Belanda dan Kaum buruh, Ia ditugaskan untuk mengawasi penambang di Lobang Lembah Soegar (Lobang Mbah Soero).

Mbah Soero memiliki Trah Majapahit dari Demak, Istrinya orang Madura. Nama asli Mbah Soero adalah Samin Soerosentiko, lahir pada tahun 1859, di Desa Plosokhediren, Randublatung, Kabupaten Blora.
Ayahnya bernama Raden Soerowijaya lebih dikenal dengan panggilan Samin Sepuh. Nama Samin Soerosentiko yang asli adalah Raden Kohar. Nama sehariannya dipanggil Soero Kidin dan mempunyai beberapa orang anak diantaranya Sartiwi,  Sinthok, Sarjani, Rasidah dan Ngaran Pontong.

Kenapa Mbah Soero  menjadi orang buangan ke Sawahlunto?. Ceritanya, penagih pajak bumi (upeti) dari Kolonial Belanda mendatangi Komunitas Masyarakat Samin  untuk meminta Pajak Bumi (upeti). Masyarakat Samin tidak mau dan menolak membayar Pajak Bumi (upeti) kepada Kolonial Belanda, dengan alasan semua isi alam pemiliknya adalah Tuhan, karena tanah bumi yang memberikan berkah bukan oleh Belanda. Gerakan Komunitas Masyarakat Samin mulai muncul sejak 07 februari 1889 di Oro-oro (Tanah Lapang) Bapangan Blora Jawa Tengah dengan ribuan pengikutnya dari penjuru daerah Blora, Pati, Brebes, Kudus, Bojonegoro dan Lamongan, melakukan perlawanan yang dilakukan diantaranya sepakat tidak bersedia membayar pajak (upeti) dan melakukan pembangkangan terhadap penjajah kolonial Belanda, mendeklarasikan gerakan berdirinya kerajaan jawa oleh Samin Soerosentiko dengan gelar Prabu Panembahan SOERYO NGALAM.

Gerakan yang semakin menguat, akhirnya meresahkan Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah memproklamirkan sebagai Raja Tanah Jawa, Samin Soerosentiko dengan pengikutnya ditangkap dibasis perlawanan di desa Plosokediren Kecamatan Randu Blatung – Blora Jawa Tengah dan dibuang ditahan di Nusa Kambangan, selanjutnya dibuang ke Sawahlunto dan sebagian dibuang ke Deli – Medan, untuk dipekerjakan di perkebunan (Tanam paksa) milik Pemerintah Kolonial Belanda. 

Pada tanggal 11 Juli 1901 di Lapangan Panggoman, Desa Kasiman, Kecamatan Kasiman–Bojonegoro, Bergejolak lagi pergerakan Samin Soerosentiko mengumandangkan gerakan politik dan kejatmikaan dengan ribuan pengikutnya yang dipimpin oleh penerus gerakan Samin Soerosentiko (Samin Anom).

Pada tanggal 08 November 1907, hal serupa terjadi lagi pergerakan Samin Soerosentiko di Blora dan Bojonegoro dan gabungan daerah Jawa Tengah – Jawa Timur yang dipimpin oleh Soerokarto Kamidin, disebabkan oleh Kolonial Belanda mengambil menebang pohon jati yang ditanam oleh Komunitas masyarakat Samin. Dari perlawanan bersifat mistis seperti RATU ADIL didasarkan pada Kebudayaan Jawa yang Religius (Escapistis by Prof Wertheim) dari perlawanan pasif berubah menjadi perlawanan tindakan Nasionalis yang aktif dan berwujud gerakan – gerakan Nasionalis yang diorganisir secara Moderen.

Samin Soerosentiko (Mbah Soero) dalam kesehariannya ia dikenal sangat rajin bekerja, berperilaku baik dan taat beribadah. Karena usianya sudah berlanjut tua, posisinya diganti oleh Mandor Wongso Karyo, kemudian Mbah Soero dijadikan sesepuh Dulur Tunggal Sekapal Sawahlunto, persaudaraan, sependeritaan, senasib, sepenanggungan (SATU RASA SEDULURAN UNTUK SEMUA).  Samin Soerosentiko (Mbah Soero) meninggal di Sawahlunto pada tahun 1934.

      Lobang Mbah Soero ditutup pada tahun 1920 an karena adanya perembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas methan  yang terus meningkat dan telah banyak memakan korban jiwa pekerja paksa. Kemudian Mandor Wongso Karyo dipindahkan ke lobang tambang soegar (lobang tembok). Mandor Wongso Karyo berasal dari daerah Wonogiri-Jawa Tengah. Karena usianya berlanjut tua dan pemerintah Hindia Belanda banyak mendatangkan tenaga ahli pertambangan, Mandor Wongso Karyo dipindahkan tugas di kantor miskin  bersama anaknya Selamat Tego yang pimpinannya oleh  Tuan Menteng bangsa Belanda. Pekerjaannya menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan pemukiman Perumahan Tangsi Sukosari buruh tambang batubara.

Nafsu dan Hasrat  yang ambisius dari Kolonial Belanda menguasai bangsa lain memandang rendah bangsa yang terjajah, untuk menguasai, memecah belah (Divide et Impera). Penindasan, pemerasan tenaga buruh paksa dan kekayaan negerinya dikuras habis–habisan. Kebebasan modal swasta (onderneming–onderneming partikelir) makin menambah penderitaan buruh paksa, penindasan perusahaan swasta menjadi raja tak bermahkota dan menjadi kaya yang dilindungi dan bertanggung jawab ke Pemerintahan pusat Belanda.

Kepentingan onderneming–onderneming menyebabkan kaum buruh paksa miskin semiskin miskinnya (PAUPCRISME by. Bocke), kaum buruh paksa menjadi  bangsa kuli dan kuli diantara bangsa–bangsa  di negerinya sendiri (Een Volk Van Minimum Lijdsters,by Prof.Hucnder).   
Telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia sejagad tentang eksploitasi kaum buruh paksa, penindasan yang menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan yang dilakukan Penjajah Kolonial Belanda di Sawahlunto, dan melaksanakan prinsip–prinsip dasar hak asasi manusia sejagad atau Declaration Universal of Human Right (DUHAM). Kompensasi seharusnya diwariskan kepada anak cucu keturunan buruh paksa di Sawahlunto, namun mereka tidak pernah mendapatkan bantuan kompensasi, santunan, bantuan hibah maupun bantuan pensiun sampai akhir hayatnya.Mereka kaum buruh paksa adalah Pahlawan Devisa untuk Pemerintah Belanda.

Pemerintah Belanda telah banyak berhutang budi kepada kaum buruh paksa, sudah menjadi kewajiban Pemerintah Belanda untuk membayar hutang–hutangnya itu, Pemerintah Belanda harus memperlihatkan kepeduliannya untuk membalas budi baik mereka (Etische Politiek, by Connad Van Deventer).

Mengusulkan / mengajukan ke pemerintah Republik Indonesia  melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serikat pekerja / buruh seluruh Indonesia dan yang terkait nama Samin Soerosentiko diberikan penghargaan Anugerah Pahlawan Nasional Kaum Buruh Indonesia, karena sosok figur seperti Samin Soerosentiko yang pantas menyandang Pahlawan Nasional Kaum Bueuh Indonesia (Sukadi T)

Janganlah pernah melupakan sejarah Bangsa

“Bahwa hanya bangsa yang besarlah yang dapat menghargai pahlawannya”

(Bung Karno)






Sumber :
  


SUKADI.T (KADUL), KAMDI TEGA, SARIDAN (76th)
Komunitas Dulur Tunggal Sekapal Sawahlunto
Tangsi Baru RT 03/RW 02 No. 217
Belakang Gedung INFO BOX
Kel. Tanah Lapang Kec. Lembah Segar
Kota Sawahlunto – Sumbar 27411











1 komentar:

  1. Casinos Near Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
    Find Casinos 광주 출장샵 Near Harrah's 아산 출장안마 Cherokee 보령 출장마사지 Casino Resort locations, rates, amenities: expert Cherokee 광주광역 출장샵 research, only at Hotel and 안성 출장샵 Travel Index.

    BalasHapus