Pada abad 19, orang Belanda mendatangkan tahanan/tawanan dari Pulau Jawa, Salah satunya lebih akrab
di panggil Mbah Soero dan diangkat
menjadi mandor oleh Kolonial Belanda karena ilmu kebatinan yang dimilikinya dan
disegani oleh Belanda dan Kaum buruh, Ia ditugaskan untuk
mengawasi penambang di Lobang Lembah
Soegar (Lobang Mbah Soero).
Mbah Soero memiliki Trah Majapahit dari Demak, Istrinya orang Madura. Nama asli Mbah Soero adalah Samin Soerosentiko, lahir pada tahun
1859, di Desa
Plosokhediren, Randublatung, Kabupaten Blora.
Ayahnya bernama Raden Soerowijaya lebih dikenal dengan panggilan Samin Sepuh. Nama Samin Soerosentiko yang asli adalah Raden Kohar. Nama sehariannya dipanggil Soero Kidin dan mempunyai beberapa orang anak diantaranya Sartiwi, Sinthok, Sarjani, Rasidah dan Ngaran Pontong.
Ayahnya bernama Raden Soerowijaya lebih dikenal dengan panggilan Samin Sepuh. Nama Samin Soerosentiko yang asli adalah Raden Kohar. Nama sehariannya dipanggil Soero Kidin dan mempunyai beberapa orang anak diantaranya Sartiwi, Sinthok, Sarjani, Rasidah dan Ngaran Pontong.
Kenapa Mbah Soero menjadi orang
buangan ke Sawahlunto?. Ceritanya, penagih pajak bumi (upeti) dari Kolonial
Belanda mendatangi Komunitas Masyarakat
Samin untuk meminta Pajak Bumi (upeti). Masyarakat Samin
tidak mau dan menolak membayar Pajak
Bumi (upeti) kepada Kolonial
Belanda, dengan alasan semua isi alam pemiliknya adalah Tuhan, karena tanah bumi yang memberikan berkah
bukan oleh Belanda. Gerakan
Komunitas Masyarakat Samin mulai muncul sejak 07 februari 1889 di Oro-oro (Tanah Lapang) Bapangan Blora Jawa
Tengah dengan ribuan pengikutnya dari penjuru daerah Blora, Pati, Brebes,
Kudus, Bojonegoro dan Lamongan, melakukan perlawanan yang dilakukan diantaranya
sepakat tidak bersedia membayar pajak
(upeti) dan melakukan pembangkangan terhadap penjajah kolonial Belanda, mendeklarasikan gerakan berdirinya kerajaan jawa oleh Samin Soerosentiko
dengan gelar Prabu Panembahan SOERYO
NGALAM.
Gerakan
yang semakin menguat, akhirnya meresahkan Pemerintah
Kolonial Belanda. Setelah memproklamirkan
sebagai Raja Tanah Jawa, Samin Soerosentiko
dengan pengikutnya ditangkap dibasis perlawanan di desa Plosokediren Kecamatan
Randu Blatung – Blora Jawa Tengah dan dibuang ditahan di Nusa Kambangan, selanjutnya dibuang ke Sawahlunto dan sebagian dibuang ke Deli – Medan, untuk dipekerjakan di perkebunan (Tanam paksa)
milik Pemerintah Kolonial Belanda.
Pada tanggal 11 Juli 1901 di Lapangan
Panggoman, Desa Kasiman, Kecamatan Kasiman–Bojonegoro, Bergejolak lagi pergerakan Samin Soerosentiko
mengumandangkan gerakan politik dan kejatmikaan dengan ribuan pengikutnya yang
dipimpin oleh penerus gerakan Samin
Soerosentiko (Samin Anom).
Pada tanggal 08 November 1907, hal
serupa terjadi lagi pergerakan Samin
Soerosentiko di Blora dan Bojonegoro dan gabungan daerah Jawa Tengah – Jawa
Timur yang dipimpin oleh Soerokarto
Kamidin, disebabkan oleh Kolonial Belanda mengambil menebang pohon jati yang ditanam oleh Komunitas masyarakat Samin.
Dari perlawanan bersifat mistis seperti
RATU ADIL didasarkan pada Kebudayaan
Jawa yang Religius (Escapistis by Prof Wertheim) dari perlawanan pasif berubah menjadi perlawanan tindakan Nasionalis yang aktif dan berwujud gerakan – gerakan Nasionalis yang
diorganisir secara Moderen.
Samin Soerosentiko (Mbah Soero) dalam kesehariannya ia dikenal sangat rajin bekerja, berperilaku baik dan taat beribadah. Karena usianya sudah berlanjut tua, posisinya diganti oleh Mandor Wongso Karyo, kemudian Mbah Soero dijadikan sesepuh Dulur Tunggal Sekapal Sawahlunto, persaudaraan, sependeritaan, senasib, sepenanggungan (SATU RASA SEDULURAN UNTUK SEMUA). Samin Soerosentiko (Mbah Soero) meninggal di Sawahlunto pada tahun 1934.
Lobang Mbah Soero ditutup pada tahun 1920 an karena adanya perembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas methan yang terus meningkat dan telah banyak memakan korban jiwa pekerja paksa. Kemudian Mandor Wongso Karyo dipindahkan ke lobang tambang soegar (lobang tembok). Mandor Wongso Karyo berasal dari daerah Wonogiri-Jawa Tengah. Karena usianya berlanjut tua dan pemerintah Hindia Belanda banyak mendatangkan tenaga ahli pertambangan, Mandor Wongso Karyo dipindahkan tugas di kantor miskin bersama anaknya Selamat Tego yang pimpinannya oleh Tuan Menteng bangsa Belanda. Pekerjaannya menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan pemukiman Perumahan Tangsi Sukosari buruh tambang batubara.
Samin Soerosentiko (Mbah Soero) dalam kesehariannya ia dikenal sangat rajin bekerja, berperilaku baik dan taat beribadah. Karena usianya sudah berlanjut tua, posisinya diganti oleh Mandor Wongso Karyo, kemudian Mbah Soero dijadikan sesepuh Dulur Tunggal Sekapal Sawahlunto, persaudaraan, sependeritaan, senasib, sepenanggungan (SATU RASA SEDULURAN UNTUK SEMUA). Samin Soerosentiko (Mbah Soero) meninggal di Sawahlunto pada tahun 1934.
Lobang Mbah Soero ditutup pada tahun 1920 an karena adanya perembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas methan yang terus meningkat dan telah banyak memakan korban jiwa pekerja paksa. Kemudian Mandor Wongso Karyo dipindahkan ke lobang tambang soegar (lobang tembok). Mandor Wongso Karyo berasal dari daerah Wonogiri-Jawa Tengah. Karena usianya berlanjut tua dan pemerintah Hindia Belanda banyak mendatangkan tenaga ahli pertambangan, Mandor Wongso Karyo dipindahkan tugas di kantor miskin bersama anaknya Selamat Tego yang pimpinannya oleh Tuan Menteng bangsa Belanda. Pekerjaannya menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan pemukiman Perumahan Tangsi Sukosari buruh tambang batubara.
Nafsu dan Hasrat yang ambisius dari Kolonial Belanda menguasai bangsa lain memandang rendah bangsa yang terjajah, untuk menguasai, memecah
belah (Divide et Impera).
Penindasan, pemerasan tenaga buruh paksa dan kekayaan negerinya dikuras habis–habisan. Kebebasan modal swasta (onderneming–onderneming partikelir)
makin menambah penderitaan buruh
paksa, penindasan perusahaan swasta menjadi raja tak
bermahkota dan menjadi kaya yang dilindungi dan bertanggung jawab ke Pemerintahan pusat Belanda.
Kepentingan
onderneming–onderneming menyebabkan kaum
buruh paksa miskin semiskin miskinnya (PAUPCRISME by. Bocke), kaum buruh paksa menjadi
bangsa kuli dan kuli diantara bangsa–bangsa di negerinya sendiri (Een Volk Van Minimum
Lijdsters,by Prof.Hucnder).
Telah
terjadi pelanggaran hak asasi
manusia sejagad tentang eksploitasi
kaum buruh paksa, penindasan yang menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan
yang dilakukan Penjajah
Kolonial Belanda di Sawahlunto, dan melaksanakan prinsip–prinsip dasar hak
asasi manusia sejagad atau Declaration
Universal of Human Right (DUHAM). Kompensasi seharusnya diwariskan kepada anak cucu
keturunan buruh paksa di Sawahlunto, namun mereka tidak pernah mendapatkan bantuan kompensasi, santunan, bantuan hibah maupun bantuan pensiun
sampai akhir hayatnya.Mereka kaum buruh paksa adalah Pahlawan Devisa untuk Pemerintah Belanda.
Pemerintah Belanda telah banyak berhutang budi kepada kaum buruh paksa, sudah menjadi kewajiban Pemerintah Belanda untuk membayar hutang–hutangnya itu, Pemerintah Belanda harus memperlihatkan kepeduliannya untuk membalas budi baik mereka (Etische Politiek, by Connad Van Deventer).
Mengusulkan / mengajukan ke pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serikat pekerja / buruh seluruh Indonesia dan yang terkait nama Samin Soerosentiko diberikan penghargaan Anugerah Pahlawan Nasional Kaum Buruh Indonesia, karena sosok figur seperti Samin Soerosentiko yang pantas menyandang Pahlawan Nasional Kaum Bueuh Indonesia (Sukadi T)
Pemerintah Belanda telah banyak berhutang budi kepada kaum buruh paksa, sudah menjadi kewajiban Pemerintah Belanda untuk membayar hutang–hutangnya itu, Pemerintah Belanda harus memperlihatkan kepeduliannya untuk membalas budi baik mereka (Etische Politiek, by Connad Van Deventer).
Mengusulkan / mengajukan ke pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serikat pekerja / buruh seluruh Indonesia dan yang terkait nama Samin Soerosentiko diberikan penghargaan Anugerah Pahlawan Nasional Kaum Buruh Indonesia, karena sosok figur seperti Samin Soerosentiko yang pantas menyandang Pahlawan Nasional Kaum Bueuh Indonesia (Sukadi T)
Janganlah pernah melupakan sejarah Bangsa
“Bahwa hanya bangsa yang besarlah yang dapat menghargai pahlawannya”
(Bung Karno)
Sumber :
SUKADI.T
(KADUL), KAMDI TEGA, SARIDAN (76th)
Komunitas
Dulur Tunggal Sekapal Sawahlunto
Tangsi Baru RT
03/RW 02 No. 217
Belakang
Gedung INFO BOX
Kel. Tanah
Lapang Kec. Lembah Segar
Kota Sawahlunto – Sumbar 27411
|
Casinos Near Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
BalasHapusFind Casinos 광주 출장샵 Near Harrah's 아산 출장안마 Cherokee 보령 출장마사지 Casino Resort locations, rates, amenities: expert Cherokee 광주광역 출장샵 research, only at Hotel and 안성 출장샵 Travel Index.