Sukadi (kadul) berhasil mengungkap sejarah masa lalu kekejaman kolonial Belanda.
Ia menyusun dan merangkum tentang eksploitasi pekerja paksa (Orang Rantai) Dan Pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia Sejagad atau Declaration Universal Of Human Right (DUHAM) di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Pemerintah Kolonial Belanda berutang budi kepada kaum buruh paksa (pekerja rodi), dan jasa-jasanya sangat besar sekali, hasrat dan tujuan pemerintah kolonial Belanda telah terpenuhi. Tetapi kehidupan pekerja selalu dalam kemiskinan dan kemelaratan. Mereka adalah pahlawan pekerja, pahlawan DEVISA yang sangat berjasa menguntungkan Pemerintah Kolonial Belanda. Mereka tidak pernah mendapatkan kompensasi, santunan dan pensiun sampai akhir hayatnya. Pemerintah Belanda harus melaksanakan prinsip-prinsip yang tercantum di piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ia menyusun dan merangkum tentang eksploitasi pekerja paksa (Orang Rantai) Dan Pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia Sejagad atau Declaration Universal Of Human Right (DUHAM) di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Pemerintah Kolonial Belanda berutang budi kepada kaum buruh paksa (pekerja rodi), dan jasa-jasanya sangat besar sekali, hasrat dan tujuan pemerintah kolonial Belanda telah terpenuhi. Tetapi kehidupan pekerja selalu dalam kemiskinan dan kemelaratan. Mereka adalah pahlawan pekerja, pahlawan DEVISA yang sangat berjasa menguntungkan Pemerintah Kolonial Belanda. Mereka tidak pernah mendapatkan kompensasi, santunan dan pensiun sampai akhir hayatnya. Pemerintah Belanda harus melaksanakan prinsip-prinsip yang tercantum di piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sesama pekerja paksa mempunyai suatu ikatan rasa
persaudaraan yang sangat bersatu, mereka dari Pulau Jawa ke Sumatera dengan
transportasi kapal laut, berikrar dengan menyebut Dhulur Tunggal Sekapal (Saudara satu kapal) yaitu Saudara senasib sepenanggungan (Satu Rasa Seduluran Untuk Semua). Hubungan antara Dhulur Tunggal Sekapal dengan Bangsa
Belanda tak dapat dipisahkan dan dilupakan, karena adanya sejarah masa lalu dan Pemerintahan Belanda telah
banyak berhutang budi (Budi Baik) kepada kaum buruh paksa.
Rutinitas pekerja paksa dari penjara (tangsi) ke tempat bekerja dan setelah itu kembali
lagi ke penjara (tangsi) yang sekelilingnya dipagar kawat berduri
dengan pengawalan dan penjagaan ketat
oleh opsir Pemerintah Kolonial Belanda dengan senjata yang siap siaga
tembak ditempat jika ada kekacauan, pekerjaan yang dilakukan pekerja paksa
disemua bidang pekerjaan, seperti membangun jalan, rumah, gedung dan lain-lain.
Begitulah nasib pekerja paksa (orang rantai) dalam penderitaan dan kesengsaraannya, yang dihadapi setiap harinya oleh penindasan penjajahan Kolonial Hindia
Belanda di Sawahlunto.
Pertambangan
Batubara Ombilin di Sawahlunto adalah yang pertama di Indonesia. Lokasi tambang pertama di
lembah soegar (lobang mbah soero 1891). Dan ditetapkan sebagai hari jadi tambang Batubara Ombilin pada
tanggal 28 Desember 1891. Peran dan keberadaan pekerja paksa dijaman
penjajahan Kolonial Belanda dengan peninggalan
warisan sejarah, yang mana asset dan fasilitas cikal bakal pembangunan berkelanjutan di Sumatera Barat khususnya kota
Sawahlunto.
Dari awal pertama dengan menanamkan modal investasi sebesar 5,5 juta gulden dan penambahan anggaran investasi sebesar 17 juta gulden untuk
pembangunan dan infrastruktur jalur kereta api dan pertambangan batubara
Pemerintah Kolonial Belanda bisa mendapatkan keuntungan pendapatan DEVISA yang sangat besar diatas penderitaan orang
rantai pekerja paksa (kerja rodi). Tetapi kehidupan pekerja
selalu dalam kemiskinan dan kemelaratan. Kepedulian
dari utang kehormatan Pemerintah Belanda terhadap Anak Cucu Keturunan
Pekerja Paksa untuk mencerdaskan dan
mengentaskan kebodohan dan kemiskinan sampai saat ini tidak pernah ada dan sangat diharapkan.
Kepada semua pihak yang memberikan informasi dan ikut serta membantu dan mendukung secara langsung maupun tidak langsung saya ucapkan Terima Kasih.
Kepada semua pihak yang memberikan informasi dan ikut serta membantu dan mendukung secara langsung maupun tidak langsung saya ucapkan Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar